SERAT SABDO JATI
SERAT SABDO JATI
RADEN Mas Ngabehi Ronggowarsito. Demikian nama salah seorang pujangga terkenal yang pernah menorehkan jejak gemilang dalam kesusastraan Jawa di abad 19. Namanya senantiasa dikenang sebagai pujangga besar yang karya-karyanya tetap abadi hingga kini.Dari tangan pujangga asal Keraton Surakarta ini lahir berbagai karya sastra bermutu tinggi yang sarat nilai kemanusiaan. Buku-bukunya antara lain membahas falsafah, ilmu kebatinan, primbon, kisah raja, sejarah, lakon wayang, dongeng, syair, adat kesusilaan, dan sebagainya. Namun sebagian masyarakat Jawa, terutama rakyat jelata, sering mengidentikkan Ronggowarsito dengan karangan-karangan yang memadukan kesusastraan dengan ramalan yang penuh harapan, perenungan dan perjuangan.Dilahirkan pada 15 Maret 1802 dengan nama asli Bagus Burham. Ayahnya seorang carik Kadipaten Anom yang bernama Raden Mas Pajangswara. Ibunya Raden Ayu Pajangswara merupakan keturunan ke-9 Sultan Trenggono dari Demak.Bakat dan keahliannya dalam bidang kesusastraan semakin terasah dengan bimbingan kakeknya Raden Tumenggung Sastronegoro. Semenjak kecil, ia dibekali ajaran Islam dan pengetahuan yang bersandar pada ajaran kejawen, Hindu, Budha, serta ilmu kebatinan.Karya-karya besarnya yang terkenal sampai saat ini adalah Serat Kalatidha yang berisi gambaran zaman penjajahan yang disebut “zaman edan”. Ada kitab Jaka Lodhang yang berisi ramalan akan datangnya zaman baik, serta Sabdatama yang berisi ramalan tentang sifat zaman makmur dan tingkah laku manusia yang tamak.Menjelang akhir hayatnya, Ronggowarsito menulis buku terakhir Sabdajati yang di antaranya berisi ramalan waktu kematiannya sendiri. Buku ini pun berisi ucapan perpisahan dan permohonan pamit karena Ki Pujangga akan segera meninggalkan dunia fana ini.Pada 24 Desember 1873, pujangga besar dari tanah Jawa itu meninggal dunia dengan tenteram. Tempat peristirahatan terakhirnya terletak di Palar, sebuah desa kecil di wilayah Klaten-Jogjakarta. Hawya pegat ngudiya Ronging budyayuMargane suka basukiDimen luwar kang kinayunKalising panggawe sisipIngkang taberi prihatosJangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan,agar mendapat kegembiraan serta keselamatan serta tercapai segala cita-cita,terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin.Ulatna kang nganti bisane kepangguhGaledehan kang sayektiTalitinen awya kleruLarasen sajroning atiTumanggap dimen tumanggonDalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama,intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan didalam hati, agar mudah menanggapi sesuatu.Pamanggone aneng pangesthi rahayuAngayomi ing tyas weningEninging ati kang suwungNanging sejatining isiIsine cipta sayektosDapatnya demikian kalau senantiasa mendambakan kebaikan,mengendapkan pikiran, dalam mawas diri sehingga seolah-olah hati ini kosong namun sebenarnya akan menemukan cipta yang sejati.Lakonana klawan sabaraning kalbuLamun obah niniwasiKasusupan setan gundhulAmbebidung nggawa kendhiIsine rupiah kethonSegalanya itu harus dijalankan dengan penuh kesabaran.Sebab jika bergeser (dari hidup yang penuh kebajikan)akan menderita kehancuran. Kemasukan setan gundul,yang menggoda membawa kendi berisi uang banyak.Lamun nganti korup mring panggawe duduDadi panggonaning iblisMlebu mring alam pakewuhEwuh mring pananing atiTemah wuru kabesturonBila terpengaruh akan perbuatan yang bukan-bukan,sudah jelas akan menjadi sarang iblis, senantiasa mendapatkan kesulitas-kesulitan, kerepotan-kerepotan, tidak dapat berbuat dengan itikad hati yang baik,seolah-olah mabuk kepayang.
Nora kengguh mring pamardi reh budyayuHayuning tyas sipat kupingKinepung panggawe rusuhLali pasihaning GustiGinuntingan dening Hyang ManonBila sudah terlanjur demikian tidak tertarik terhadap perbuatan yang menuju kepada kebajikan. Segala yang baik-baik lari dari dirinya, sebab sudah diliputi perbuatan dan pikiran yang jelek.Sudah melupakan Tuhannya. Ajaran-Nya sudah musnah berkeping-keping.Parandene kabeh kang samya anduluUlap kalilipen wedhiAkeh ingkang padha sujutKinira yen JabaranilKautus dening Hyang ManonNamun demikian yang melihat, bagaikan matanya kemasukan pasir, tidak dapat membedakan yang baik dan yang jahat, sehingga yang jahat disukai dianggap utusan Tuhan.Yeng kang uning marang sejatining dawuhKewuhan sajroning atiYen tiniru ora urusUripe kaesi-esiYen niruwa dadi asorNamun bagi yang bijaksana, sebenarnya repot didalam pikiranmelihat contoh-contoh tersebut. Bila diikuti hidupnya akantercela akhirnya menjadi sengsara.
Nora ngandel marang gaibing Hyang AgungAnggelar sakalir-kalirKalamun temen tinemuKabegjane anekaniKamurahane Hyang ManonItu artinya tidak percaya kepada Tuhan, yang menitahkan bumi dan langit, siapa yang berusaha dengan setekun-tekunnya akan mendapatkan kebahagiaan. Karena Tuhan itu Maha Pemurah adanya.Hanuhoni kabeh kang duwe panuwunYen temen-temen sayektiDewa aparing pitulungNora kurang sandhang buktiSaciptanira kelakonSegala permintaan umatNya akan selalu diberi, bila dilakukan dengan setulus hati.Tuhan akan selalu memberi pertolongan, sandang pangan tercukupi segala cita-cita dan kehendaknya tercapai.Ki Pujangga nyambi paraweh pituturSaka pengunahing WidiAmbuka warananipunAling-aling kang ngalingiAngilang satemah katonSambil memberi petuah Ki Pujangga juga akan membuka selubung yang termasuk rahasia Tuhan, sehingga dapat diketahui.Para jalma sajroning jaman pakewuhSudranira AndadiRahurune saya ndarungKeh tyas mirong murang margiKasekten wus nora katonManusia-manusia yang hidup didalam jaman kerepotan,cenderung meningkatnya perbuatan-perbuatan tercela,makin menjadi-jadi, banyak pikiran-pikiran yang tidak berjalandiatas riil kebenaran, keagungan jiwa sudah tidak tampak.Katuwane winawas dahat matrenyuhKenyaming sasmita sayektiSanityasa tyas malatkuntKongas welase kepatiSulaking jaman prihatosLama kelamaan makin menimbulkan perasaan prihatin, merasakan ramalan tersebut,senantiasa merenung diri melihat jaman penuh keprihatinan tersebut.Waluyane benjang lamun ana wikuMemuji ngesthi sawijiSabuk tebu lir majenumGalibedan tudang tudingAnacahken sakehing wongJaman yang repot itu akan selesai kelak bila sudah mencapat tahun 1877(Wiku=7, Memuji=7, Ngesthi=8, Sawiji=1. Itu bertepatan dengan tahun Masehi 1945).Ada orang yang berikat pinggang tebu perbuatannya seperti orang gila, hilir mudik menunjuk kian kemari, menghitung banyaknya orang.Iku lagi sirap jaman Kala BenduKala Suba kang gumantiWong cilik bisa gumuyuNora kurang sandhang buktiSedyane kabeh kelakon Disitulah baru selesai Jaman Kala Bendu. Diganti dengan jaman Kala Suba.Dimana diramalkan rakyat kecil bersuka ria, tidak kekurangan sandang dan makan seluruh kehendak dan cita-citanya tercapaiPandulune Ki Pujangga durung kemputMulur lir benang tinarikNanging kaseranging ngumurAndungkap kasidan jatiMulih mring jatining enggonSayang sekali “pengelihatan” Sang Pujangga belum sampai selesai, bagaikan menarik benang dari ikatannya.Namun karena umur sudah tua sudah merasa hampirdatang saatnya meninggalkan dunia yang fana ini.Amung kurang wolung ari kang kaduluTamating pati patitisWus katon neng lokil makpulAngumpul ing madya ariAmerengi Sri Budha PonYang terlihat hanya kurang 8 hari lagi, sudah sampai waktunya, kembali menghadap Tuhannya. Tepatnya pada hari Rabu Pon.Tanggal kaping lima antarane luhurSelaning tahun JimakirTaluhu marjayeng janggurSengara winduning patiNetepi ngumpul sak enggonTanggal 5 bulan Sela(Dulkangidah) tahun Jimakir Wuku Tolu,Windu Sengara (atau tanggal 24 Desember 1873)kira-kira waktu Lohor, itulah saat yang ditentukansang Pujangga kembali menghadap Tuhan.Cinitra ri budha kaping wolulikurSawal ing tahun JimakirCandraning warsa pinetungSembah mekswa pejangga jiKi Pujangga pamit layotiKarya ini ditulis dihari Rabu tanggal 28 Sawal tahun Jim, akhir 1802.(Sembah=2, Muswa=0, Pujangga=8, Ji=1) bertepatan dengan tahun masehi 1873).
x
Komentar
Posting Komentar